Rangkaian tulisan Ngupoyo upo coro jowo
Renald Kasali pernah mengatakan jangan pernah mengejar uang, biarlah uang yang mengejar anda. Caranya, buat reputasi yang baik sejak kecil.
Melanjutkan tulisan saya sebelumnya ojo kagetan ojo gumunan. Kali ini saya bahas Jeneng disik, lagi Jenang.
Melanjutkan tulisan saya sebelumnya ojo kagetan ojo gumunan. Kali ini saya bahas Jeneng disik, lagi Jenang.
Nama dulu baru kemudian dapat
makan. Begitulah terjemahan unen-unen
jowo di atas.
Ketika masih bekerja di CIMB
Niaga, Area Manager Jateng SND waktu itu Bpk Trisno Adi Nugroho mengatakan :
Kita bekerja itu jangan hanya
mengejar gaji tinggi saja. Yang penting Jeneng dulu baru jenang. Kita harus
mencapai prestasi yang bagus, perform yang bagus. Tidak usah khawatir soal gaji dan karir,
dengan perform yang bagus, managemen pasti mencatat nama kita. Dengan demikian
jika ada jabatan kosong managemen tidak akan tutup mata, pasti nama kita yang
akan dipromosikan untuk menduduki jabatan tersebut. Kalaupun kita berprestasi
bagus tapi belum ada jabatan kosong , pasti minimal gaji akan naik banyak, dan
yang jelas reward, bonus, dan insentif
akan kita dapat.
Setelah saya tidak lagi kerja di
CIMB NIAGA saya ketemu dengan salah satu pengusaha muda di kudus. Bisnisnya
Properti untuk kelas Menengah atas di Kota Kudus. Meski untuk kalangan menengah
atas tapi menurut dia propertinya belum bisa digolongkan sebagai perumahan elit.
Bagi golongan elit (ekonomi sulit
seperti saya memang bukan kelasnya perumahan yang dikembangkannya itu) ya untuk
saya cukup raSS (rumah amat SS-sangat sederhana-)
Tapi dengan fisik bangunan yang
mewah itu mestinya untuk kaum elitis (kaum yang terbatas jumlahnya-hanya orang
tertentu) saja yang mampu beli.
Pak Arry namanya. Dia bertanya
pada saya : “ kalau bapak lihat siapa pemain property untuk kelas ini di Kudus
?”
Saya jawab “ 1. Pemain lama, BXX
(saya tidak mau menyebut merk)
2. Graha Kxxxxxx !”
“Dia lalu melanjutkan : “Bapak
lihat sendiri, bahkan bapak mengakui kalau usaha saya yang baru 3 tahun,
positioningnya sudah sejajar dengan pemain lama yang bermain selama 25 tahun.”
Saya mainkan semua lini. Lini
atas saya garap Bahkan di daerah yang
bukan menjadi pangsa pasar saya, ini hanya untuk menaikkan citra. Jeneng saya
dikenal orang. Orang menangkap posisioning saya sejajar dengan pemain lama.
Untuk lini bawah, strategi saya
dengan menjual sama dengan BEP.”
“Lho ! lalu ?” Tanya saya.
Dia melanjutkan :”pak munif pasti
bertanya lalu saya dapat untung dari mana? Lha jenange piye ?, ya kan !”
Saya mungkin tampak tolol di
depannya.
“begini pak. Saya jual produk
saya untuk pembeli tangan pertama, hanya
untuk menutup biaya yang saya keluarkan. Artinya saya aman dulu tidak minus.
Orang berduit mana yang tidak mau
beli property bagus dengan harga murah?
Untuk investasi ini peluang bagus. Dan memang property yang saya bangun ini saya arahkan untuk tujuan investasi.
Untuk investasi ini peluang bagus. Dan memang property yang saya bangun ini saya arahkan untuk tujuan investasi.
Nah dari pembeli tangan pertama
ini property saya jualkan lagi dengan harga pasar. Pembeli tangan pertama dapat
untung dari investasinya, dan saya dapat fee dari penjualan itu”
“oooo. Begitu ya”
“iya pak, dalam bisnis kita harus
berstrategi, salah satunya ya seperti yang saya lakukan, yang penting jenengdulu baru kemudian jenangnya.
Kalau tanpa strategi nanti hanya
akan mengandalkan doanya saja, lha kalau doanya nggak terkabul, lalu
menyalahkan kyainya, ndak percaya lagi sama Tuhan, lalu pindah ke dukun cari
penglaris dan jadi pemuja setan..”
“itu kalau di bank juga memakai
strategi begitu, khususnya untuk produk-produk investasi, seperti ORI misalnya,
di pasar perdana bank juga menjual dengan tanpa ambil untung. Dan di pasar
sekundernya baru bank ambil untung” Saya
sok pinter saja…
berlanjut ke ALON-ALON WATON KELAKON
No comments:
Post a Comment