30 May 2015

C. JENENG DISIK LAGI JENANG

Rangkaian tulisan Ngupoyo upo coro jowo


Renald Kasali pernah mengatakan jangan pernah mengejar uang, biarlah uang yang mengejar anda. Caranya, buat reputasi yang baik sejak kecil.

Melanjutkan tulisan saya sebelumnya ojo kagetan ojo gumunan. Kali ini saya bahas Jeneng disik, lagi Jenang.
Nama dulu baru kemudian dapat makan. Begitulah  terjemahan unen-unen jowo di atas.
Ketika masih bekerja di CIMB Niaga, Area Manager Jateng SND waktu itu Bpk Trisno Adi Nugroho mengatakan :
Kita bekerja itu jangan hanya mengejar gaji tinggi saja. Yang penting Jeneng dulu baru jenang. Kita harus mencapai prestasi yang bagus, perform yang bagus.  Tidak usah khawatir soal gaji dan karir, dengan perform yang bagus, managemen pasti mencatat nama kita. Dengan demikian jika ada jabatan kosong managemen tidak akan tutup mata, pasti nama kita yang akan dipromosikan untuk menduduki jabatan tersebut. Kalaupun kita berprestasi bagus tapi belum ada jabatan kosong , pasti minimal gaji akan naik banyak, dan yang jelas reward, bonus, dan insentif  akan kita dapat.
Setelah saya tidak lagi kerja di CIMB NIAGA saya ketemu dengan salah satu pengusaha muda di kudus. Bisnisnya Properti untuk kelas Menengah atas di Kota Kudus. Meski untuk kalangan menengah atas tapi menurut dia propertinya belum bisa digolongkan sebagai  perumahan elit.
Bagi golongan elit (ekonomi sulit seperti saya memang bukan kelasnya perumahan yang dikembangkannya itu) ya untuk saya cukup raSS (rumah amat SS-sangat sederhana-)
Tapi dengan fisik bangunan yang mewah itu mestinya untuk kaum elitis (kaum yang terbatas jumlahnya-hanya orang tertentu) saja yang mampu beli.
Pak Arry namanya. Dia bertanya pada saya : “ kalau bapak lihat siapa pemain property untuk kelas ini di Kudus ?”
Saya jawab “ 1. Pemain lama, BXX (saya tidak mau menyebut merk)
                          2. Graha Kxxxxxx !”
“Dia lalu melanjutkan : “Bapak lihat sendiri, bahkan bapak mengakui kalau usaha saya yang baru 3 tahun, positioningnya sudah sejajar dengan pemain lama yang bermain selama 25 tahun.”
Saya mainkan semua lini. Lini atas saya garap  Bahkan di daerah yang bukan menjadi pangsa pasar saya, ini hanya untuk menaikkan citra. Jeneng saya dikenal orang. Orang menangkap posisioning saya sejajar dengan pemain lama.
Untuk lini bawah, strategi saya dengan menjual sama dengan BEP.”
“Lho ! lalu ?” Tanya saya.
Dia melanjutkan :”pak munif pasti bertanya lalu saya dapat untung dari mana? Lha jenange piye ?, ya kan !”
Saya mungkin tampak tolol di depannya.
“begini pak. Saya jual produk saya untuk pembeli tangan pertama,  hanya untuk menutup biaya yang saya keluarkan. Artinya saya aman dulu tidak minus.
Orang berduit mana yang tidak mau beli property bagus dengan harga murah?
Untuk investasi ini peluang bagus. Dan memang property yang saya bangun ini saya arahkan untuk tujuan investasi.
Nah dari pembeli tangan pertama ini property saya jualkan lagi dengan harga pasar. Pembeli tangan pertama dapat untung dari investasinya, dan saya dapat fee dari penjualan itu”
“oooo. Begitu ya”
“iya pak, dalam bisnis kita harus berstrategi, salah satunya ya seperti yang saya lakukan, yang penting jenengdulu baru kemudian jenangnya.
Kalau tanpa strategi nanti hanya akan mengandalkan doanya saja, lha kalau doanya nggak terkabul, lalu menyalahkan kyainya, ndak percaya lagi sama Tuhan, lalu pindah ke dukun cari penglaris dan jadi pemuja setan..”
“itu kalau di bank juga memakai strategi begitu, khususnya untuk produk-produk investasi, seperti ORI misalnya, di pasar perdana bank juga menjual dengan tanpa ambil untung. Dan di pasar sekundernya baru bank ambil untung”  Saya sok pinter saja… 

No comments: