I. PENDAHULUAN
Sebenarnya saya ingin menulis ini sejak tahun 2002. Saat itu saya baru
bergabung dengan Primagama Grup. Saya ingat betul waktu pertama saya masuk salah
satu ruang kantor direksi, berita
dikoran adalah penyerangan Gedung WTC di Amerika, Sungguh sangat mengherankan. Tapi
kita tidak akan membahas itu.
Sebagai karyawan baru seperti
halnya di tempat lain, saya ditraining.
Pada awal training sesi diisi oleh managing direktur Primagama, Bapak
Winoto Sukarno. Beliau juga sebagai Direktur utama Prima Learning Center,
TEmpat saya bergabung kerja. Yang saya ingat kata-kata awal yang diucapkan
beliau adalah “Sebagai Marketing Kalian Ojo Kagetan, Ojo gumunan.” (sebagai
marketing kalian jangan mudah kaget dan mudah heran)
Saat itu saya heran, Bukankah
yang diucapkan ini adalah salah satu
unen-unen jowo(peribahasa jawa)? Semula saya
berfikir, dalam training pasti akan digunakan kalimat-kalimat rumit beristilah
asing, sehingga trainer akan tampak pandai. Tapi di sini…
Sebuah lembaga pendidikan
yang dikelola dengan metode manajemen bisnis modern, i menggunakan unen-unen jowo sebagai salah satu dasar
pemikiran dalam manajerialnya.
Bagi saya ini sangat menarik !
Unen-unen jowo merupakan
filosifi kehidupan orang jawa, saya meyakini sebuah filosofi tidak hanya bisa
dipakai sebagai pedoman kearifan dalam kehidupan pergaulan sosial
kemasyarakatan saja, sebuah filosofi pasti dapat digunakan dalam wilayah
kehidupan secara leih luas, termasuk dalam hal bisnis.
Adakah unen-unen jowo
lainnya yang juga bisa digunakan sebagai pedoman manajemen bisnis modern ?
begitu pertanyaan yang ada dalam hati saya. Sejak saat itu sampai sekarang ini,
saya terus mencari dan menggali filosopi-filosofi jawa yang dapat digunakan
sebagai pedoman bisnis.
Mungkin karena kesibukan kerja, dan kurangnya kemampuan menulis niatan
menulis ini selalu tertunda.
Saya Kembali terusik ketika teman-teman sanggar seni Paramesthi Semarang
mengadakan sarasehan budaya jawa di
Pasar Sore Karangrandu Pecangaan Jepara dengan Tema “Tuno Sathak Bathi
Sanak”. Pada bulan februari 2013.
Acara yang dikomandoi Ramatyan Sarjono dari grup music bambu mpu
Palman serta narasumber Gus Zaki Jepara serta Kyai Budi Semarang, Tampaknya terinspirasi oleh tulisan Wahyu T. Setyobudiseorang konsultan bisnis yang lahir di Salatiga Jawa Tengah.
Kembali karena kesibukan kerja dan kurang mampu menulis, saya tidak
sempat menyelesaikan tulisan saya.
Saat ini ketika saya sudah tidak punya status pekerjaan, saya
memaksakan diri menulis untuk menyelesaikan niatan yang tertunda ini.
Selama saya bekerja, saya juga melakukan apa yang sering disebut
orang sebagai kutu loncat, pindah dari suatu perusahaan ke perusahaan lain.
Dari sekian banyak bidang yang saya terjuni itu, antara lain di perbankan. Sebagai marketing di perbankan saya banyak
berhubungan dengan para pengusaha. Baik itu pengusaha dari etnis thiong hoa,
arab, india, dan juga orang jawa.
Saya banyak belajar dari
pengusaha-pengusaha tersebut, baik prinsip-prinsip yang mereka pakai, maupun
strategi bisnis mereka, bahkan hal-hal irasional yang mereka yakini.
Dari apa yang saya dapat,
fiosofi-filosofi jawa tersebut saya rangkum dan saya susun sebagai referensi
untuk memenej bisnis.
Sesungguhnya saya bukanlah pebisnis handal, bukan konsultan bisnis,
juga bukan filsuf sehingga tulisan saya sangat mungkin jauh dari advice-advice
bisnis atau nasehat filosofis.
Saya hanya akan mencoba menjabarkan pengertian-pengertian yang
berkembang di masyarakat mengenai filosofi-filosofi jawa berkaitan dengan
bisnis.
Karena tulisan ini sangat mungkin akan panjang, maka saya akan
mengunggah tulisan saya secara parsial.
berlanjut ke Kemampuan Bisnis Orang Jawa
berlanjut ke Kemampuan Bisnis Orang Jawa
No comments:
Post a Comment