18 March 2015

NGUPOYO UPO CORO JOWO (sosio cultural, filosofi, manajemen, spiritual)



I. PENDAHULUAN
Sebenarnya saya ingin menulis ini sejak tahun 2002. Saat itu saya baru bergabung dengan Primagama Grup. Saya ingat betul waktu pertama saya masuk salah satu ruang  kantor direksi, berita dikoran adalah penyerangan Gedung WTC di Amerika, Sungguh sangat mengherankan. Tapi kita tidak akan membahas itu.
Sebagai  karyawan baru seperti halnya di tempat lain, saya ditraining.
Pada awal training sesi diisi oleh managing direktur Primagama, Bapak Winoto Sukarno. Beliau juga sebagai Direktur utama Prima Learning Center, TEmpat saya bergabung kerja. Yang saya ingat kata-kata awal yang diucapkan beliau adalah “Sebagai Marketing Kalian Ojo Kagetan, Ojo gumunan.” (sebagai marketing kalian jangan mudah kaget dan mudah heran)
Saat itu saya heran, Bukankah yang diucapkan ini adalah salah satu unen-unen jowo(peribahasa jawa)? Semula saya berfikir, dalam training pasti akan digunakan kalimat-kalimat rumit beristilah asing, sehingga trainer akan tampak pandai. Tapi di sini…
Sebuah lembaga pendidikan yang dikelola dengan metode manajemen bisnis modern, i menggunakan unen-unen jowo sebagai salah satu dasar pemikiran dalam  manajerialnya.
 Bagi saya ini sangat menarik !
Unen-unen jowo merupakan filosifi kehidupan orang jawa, saya meyakini sebuah filosofi tidak hanya bisa dipakai sebagai pedoman kearifan dalam kehidupan pergaulan sosial kemasyarakatan saja, sebuah filosofi pasti dapat digunakan dalam wilayah kehidupan secara leih luas, termasuk dalam hal bisnis.
Adakah unen-unen jowo lainnya yang juga bisa digunakan sebagai pedoman manajemen bisnis modern ? begitu pertanyaan yang ada dalam hati saya. Sejak saat itu sampai sekarang ini, saya terus mencari dan menggali filosopi-filosofi jawa yang dapat digunakan sebagai pedoman bisnis.
Mungkin karena kesibukan kerja, dan kurangnya kemampuan menulis niatan menulis ini selalu tertunda.
Saya Kembali terusik ketika teman-teman sanggar seni Paramesthi Semarang mengadakan sarasehan budaya jawa di  Pasar Sore Karangrandu Pecangaan Jepara dengan Tema “Tuno Sathak Bathi Sanak”. Pada bulan februari 2013.
Acara yang dikomandoi Ramatyan Sarjono dari grup music bambu mpu Palman serta narasumber Gus Zaki Jepara serta Kyai Budi Semarang, Tampaknya  terinspirasi oleh tulisan Wahyu T. Setyobudiseorang konsultan bisnis yang lahir di Salatiga Jawa Tengah.
Kembali karena kesibukan kerja dan kurang mampu menulis, saya tidak sempat menyelesaikan tulisan saya.
Saat ini ketika saya sudah tidak punya status pekerjaan, saya memaksakan diri menulis untuk menyelesaikan niatan yang tertunda ini.
Selama saya bekerja,  saya juga melakukan apa yang sering disebut orang sebagai kutu loncat, pindah dari suatu perusahaan ke perusahaan lain. Dari sekian banyak bidang yang saya terjuni  itu, antara lain di perbankan. Sebagai marketing di perbankan saya banyak berhubungan dengan para pengusaha. Baik itu pengusaha dari etnis thiong hoa, arab, india, dan juga orang jawa.
Saya banyak belajar dari pengusaha-pengusaha tersebut, baik prinsip-prinsip yang mereka pakai, maupun strategi bisnis mereka, bahkan hal-hal irasional yang mereka yakini.
Dari apa yang saya dapat, fiosofi-filosofi jawa tersebut saya rangkum dan saya susun sebagai referensi untuk memenej bisnis.
Sesungguhnya saya bukanlah pebisnis handal, bukan konsultan bisnis, juga bukan filsuf sehingga tulisan saya sangat mungkin jauh dari advice-advice bisnis atau nasehat filosofis.
Saya hanya akan mencoba menjabarkan pengertian-pengertian yang berkembang di masyarakat mengenai filosofi-filosofi jawa berkaitan dengan bisnis.
Karena tulisan ini sangat mungkin akan panjang, maka saya akan mengunggah tulisan saya secara parsial.

berlanjut ke Kemampuan Bisnis Orang Jawa

No comments: