22 March 2015

Kemampuan Bisnis Orang Jawa

lanjutan  Ngupoyo upo coro jowo



Selama ini Sepengetahuan kita, yang pandai berbisnis adalah orang-orang dari etnis Thiong Hoa, Arab, dan India, sedangkan orang jawa lebih dikenal sebagai petani dan nelayan.
Saya fikir hal ini wajar karena pada awalnya orang-orang Thiong Hoa, Arab, dan India adalah para perantau. Sebagai pendatang tentu saja mereka tidak punya lahan untuk digarap. Maka salah satu cara mendapatkan penghasilan adalah dengan berdagang.
Sementara orang Jawa sebagai penduduk asli yang memiliki lahan, mereka akan mendahulukan menggarap sawah, atau mencari ikan daripada jualan. Orang Jawa yang merantau ke luar pulaupun (selain transmigran) sebagian besar mereka berdagang, atau sebagai pekerja. Sedangkan mereka yang transmigrasi tentu punya lahan, mereka bertani atau berkebun.
Kalau saat ini orang-orang etnis Thiong Hoa, Arab, dan India memiliki tanah luas, dan menjadi tuan tanah, itu persoalan yang berbeda, karena mereka sudah kaya dan mampu beli lahan penduduk asli.
Cuma anehnya meski kita mengenal bahwa orang Thiong Hoa, Arab, India pandai berbisnis, tetapi mengapa justru yang dipelajari adalah teori-teori dari barat ?
Baik teori ekonomi makro, mikro,dan manajemen? Bahkan sampai hari ini dan masa ke depan, teori mereka yang dianut. Dan justru semakin dikuatkan untuk dijalankan.
Teori welfare state (Negara sejahtera) dengan pasar bebasnya Adam Smith. Dimana kesejahteraan akan terwujud karena adanya pembagian kerja antara pemilik modal dan tenaga kerja lah yang dianut. Dan tentu saja tenaga kerjalah yang lebih banyak bekerja dan sebaliknya lebih sedikit dapat hasil.
Kenapa tidak kemakmuran Negara karena adanya pembagian rejeki. Bukankan agama mengajarkan itu ? Islam mewajibkan 2,5% dari harta yang telah memenuhi Nisob (jumlah tertentu) untuk dibagi ke tujuh pihak yang berhak ? yang salah satunya adalah Amil zakat (pengelola zakat). Jika Negara mau menjadi amil dan serius menarik zakat mungkin tanpa menarik pajakpun bisa membiayai Negara. Di Nasrani malah lebih besar, 10 %.
Dari Teori Adam Smith ini muncullah kaum merkantilis yang menganggap kepemilikan modal (Kapital) adalah segala-galanya, dengan persaingan bebas (liberal), para pemilik modal yang kuat (kapitalis) akan semakin menang dan menguasai, ekonomi. Bahkan mampu menguasai sebuah Negara. Ingat George Soros ? konon karena permainannya lah Indonesia terperosok dalam krisis moneter tahun 97-98.
Dan ketika banyak bank yang bankrupt saat itu karena terjangkit virus Negative Spread, sedangkan bank dengan system syariah saja (Bank Muamalat) yang mampu terhindar dari virus itu, maka sekonyong-konyong bank rame-rame membuat bank syariah.
Budaya Thiong Hoa dalam bisnis memang pernah diperkenalkan dan dibahas sekitar tahun 2005an. Khususnya berkaitan dengan fung sui, tetapi sekarang sudah tidak terdengar lagi beritanya. Atau mungkin ilmu itu hanya digunakan oleh orang Thiong Hoa sendiri sekarang ?
Sementara orang jawa yang sebagian besar bertani dan nelayan serta membuat kerajinan untuk peralatan dan perabotan rumah tangga, maka secara sosio cultural, mereka cenderung dekat dengan alam. Mereka berbisnis menjual hasil bumi, atau membuat industry rumah tangga membuat kerajinan. Karena dekat dengan alam maka sosio kulturalnya juga bersifat seperti alam, khususnya pola pikir mereka. Alam yang berifat mengambil sesuai kebutuhan, bukan sesuai keinginan, mempengaruhi pola pikir orang jawa, sehingga muncullah unen-unen  “Ora usah ngoyo” (jangan memaksakan diri), “Ngono yo ngono ning ojo ngono” (begitu ya begitu tapi jangan begitu / begitu boleh tapi jangan sebegitunya /terlalu), “Urip sadermo nglakoni” (hidup sekedar menjalankan apa yang ada), “Narimo Ing Pandum” (menerima dengan ikhlas rejeki yang didapat) dan masih banyak lagi filosofi-filosofi sebagai way of live (jalan hidup) termasuk di dalam hal berbisnis. Sifat mengambil hanya sebatas kebutuhan, bukan karena keinginan menurut para bijak, hal ini akan tetap menjaga keseimbangan alam.
Selain muculnya filosofi-filosofikehidupan, kedekatan dengan alam juga menciptakan apa yang disebut ilmu Pitung Jawa / hitungan jawa  semacam fengsui dalam budaya Thiong Hoa.
Kebijakan-kebijakan filosofi jawa dalam berbisnis akan kita bahas dalam tulisan berikutnya

berlanjut ke II. MEMBANGUN BISNIS

No comments: