(rangkaian tulisan NGUPOYO UPOCORO JOWO)
A. Yen wani ojo wedi-wedi
Bob Sadino
mengatakan dia Bodoh tapi mempekerjakan orang pintar. Pertanyaannya benarkan
dia bodoh? Kalau dia mempekerjakan orang pintar, artinya dia mampu
mengkoordinir, mengarahkan serta menggerakkan orang pintar untuk mencapai
tujuan perusahaan, berarti sebenarnya dia lebih pandai dibanding para
pekerjanya.
Selama ini
orang pandai dilihat hanya dari sisi akademik. Mereka yang memiliki kemampuan
akademik ini karena secara biologis otak
kiri mereka lebih kuat dibanding otak kanan. Otak kiri berisi kemampuan
analisa, berfikir linear, matematis.
Orang-orang semacam
ini memiliki tingkat IQ tinggi, tetapi tingkat EQ rendah. Mereka pandai secara akademik tetapi
kemampuan mengelola emosi kurang.
Mereka yang
berprofesi sebagai guru, Dosen, Pengamat,
biasanya memiliki otak kiri yang lebih kuat dibanding otak kanan.
Sementara para professional,
pekerja, biasanya kemampuan otak kiri
mereka sedikit dibawah mereka, tetapi kemampuan otak kanannya tetap lebih
rendah dibanding kemampuan otak kirinya.
Mereka tersebut
di atas biasanya tergolong orang pandai.
Orang-orang
yang dianggap bodoh biasanya karena otak
kiri mereka lebih lemah dibanding otak kanan.
Mengapa demikian?
Emosi, Intuisi,
Kreatifitas letaknya di otak kanan. Seniman, Spiritualis dan Pengusaha biasanya
secara alam memiliki otak kanan yang lebih kuat dibanding otak kiri. Mereka berfikir
secara tidak linear, oleh sebab itu biasanya mereka tergolong “bodoh” dari sisi akademik
Seorang
Pengusaha sangat mungkin melihat peluang bukan dari data statistic. Tetapi melihat
peluang hanya dari intuisinya. Mereka juga memiliki kreatifitas untuk
mendapatkan produk yang dibutuhkan masyarakat, serta yang paling penting adalah
mereka memiliki keberanian untuk masuk
ke dunia usaha.
Orang “BODOH”
semacam Bob Sadino lebih berani berbisnis, sementara “ orang pintar” biasanya
banyak “mikir” untuk terjun bisnis karena dunia bisnis penuh ketidakpastian dan
penuh risiko dan cenderung tidak aman.
YA dunia usaha
memang penuh ketidak pastian dan risiko. Dibutuhkan keberanian untuk mengelola
ketidak pastian dan risiko yang mungkin terjadi.
Saya sampaikan
berani mengelola ketidakpastian dan risiko, bukan menghadapii ketidakpastian
dan risiko. Hal ini saya maksudkan, jika hanya menghadapi maka orang lebih cenderung
pasif menerima keadaan. Sementara mengelola ada unsur aktif berstrategi menghadapi
kenyataan yang mungkin terjadi dengan risiko yang terukur.
Keputusan masuk
ke dunia bisnis adalah salah satu keputusan penting dalam hidup. Sama seperti
keputusan untuk menikah. Karena penuh ketidak pastian dan risiko. Banyak yang
gagal dan hancur .
Oleh karena hal
inilah jika berniat memasuki dunia bisnis yen Wani ojo wedi-wedi. Yen Wediojo wani-wani.
Kalau berani
jangan takut-takut, kalau takut jangan sok berani.
Artinya dibutuhkan
tekat kuat bulat untuk terjun ke bisnis. Jangan ragu-ragu atau
setengah-setengah. Karena jika setengah-setengah maka hasilnya juga
setengah-setengah.
berlanjut ke B. Ojo Kagetan Ojo Gumunan
berlanjut ke B. Ojo Kagetan Ojo Gumunan
No comments:
Post a Comment