03 April 2015

II. MEMBANGUN BISNIS



(rangkaian tulisan NGUPOYO UPOCORO JOWO)
A.      Yen wani  ojo wedi-wedi
Bob Sadino mengatakan dia Bodoh tapi mempekerjakan orang pintar. Pertanyaannya benarkan dia bodoh? Kalau dia mempekerjakan orang pintar, artinya dia mampu mengkoordinir, mengarahkan serta menggerakkan orang pintar untuk mencapai tujuan perusahaan, berarti sebenarnya dia lebih pandai dibanding para pekerjanya.
Selama ini orang pandai dilihat hanya dari sisi akademik. Mereka yang memiliki kemampuan akademik ini karena secara  biologis otak kiri mereka lebih kuat dibanding otak kanan. Otak kiri berisi kemampuan analisa, berfikir linear, matematis.
Orang-orang semacam ini memiliki tingkat IQ tinggi, tetapi tingkat EQ rendah.  Mereka pandai secara akademik tetapi kemampuan mengelola emosi kurang.
Mereka yang berprofesi  sebagai guru, Dosen, Pengamat, biasanya memiliki otak kiri yang lebih kuat dibanding otak kanan.
Sementara para professional, pekerja,  biasanya kemampuan otak kiri mereka sedikit dibawah mereka, tetapi kemampuan otak kanannya tetap lebih rendah dibanding kemampuan otak kirinya.
Mereka tersebut di atas biasanya tergolong orang pandai.
Orang-orang yang dianggap bodoh biasanya karena otak  kiri mereka lebih lemah dibanding otak kanan.
Mengapa demikian?
Emosi, Intuisi, Kreatifitas letaknya di otak kanan. Seniman, Spiritualis dan Pengusaha biasanya secara alam memiliki otak kanan yang lebih kuat dibanding otak kiri. Mereka berfikir secara tidak linear, oleh sebab itu biasanya mereka  tergolong “bodoh” dari sisi akademik
Seorang Pengusaha sangat mungkin melihat peluang bukan dari data statistic. Tetapi melihat peluang hanya dari intuisinya. Mereka juga memiliki kreatifitas untuk mendapatkan produk yang dibutuhkan masyarakat, serta yang paling penting adalah mereka memiliki  keberanian untuk masuk ke dunia usaha.
Orang “BODOH” semacam Bob Sadino lebih berani berbisnis, sementara “ orang pintar” biasanya banyak “mikir” untuk terjun bisnis karena dunia bisnis penuh ketidakpastian dan penuh risiko dan cenderung tidak aman.
YA dunia usaha memang penuh ketidak pastian dan risiko. Dibutuhkan keberanian untuk mengelola ketidak pastian dan risiko yang mungkin terjadi.
Saya sampaikan berani mengelola ketidakpastian dan risiko, bukan menghadapii ketidakpastian dan risiko. Hal ini saya maksudkan, jika hanya menghadapi maka orang lebih cenderung pasif menerima keadaan. Sementara mengelola ada unsur aktif berstrategi menghadapi kenyataan yang mungkin terjadi dengan risiko yang terukur.
Keputusan masuk ke dunia bisnis adalah salah satu keputusan penting dalam hidup. Sama seperti keputusan untuk menikah. Karena penuh ketidak pastian dan risiko. Banyak yang gagal dan hancur .
Oleh karena hal inilah jika berniat memasuki dunia bisnis yen Wani ojo wedi-wedi. Yen Wediojo wani-wani.
Kalau berani jangan takut-takut, kalau takut jangan sok berani.
Artinya dibutuhkan tekat kuat bulat untuk terjun ke bisnis. Jangan ragu-ragu atau setengah-setengah. Karena jika setengah-setengah maka hasilnya juga setengah-setengah.

berlanjut ke B. Ojo Kagetan Ojo Gumunan

No comments: