Pagelaran "Pesta Baratan 2018" di Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara telah usai digelar.
Banyak yang menghujat mengejek atau mengaku mengkritik soal penampilan Ratu saja. Bukan soal konsep garapan, atau pesan yang mau disampaikan, atau soal makna pesta baratan itu sendiri.
Dengan segala pengetahuan dan perbendaharaan kata yang mereka miliki semua ditumpahkan untuk meramaikan dunia maya baik Facebook maupun Instagram.
Anehnya yang diserang adalah tukang make up, atau pemeran ratu. Kasihan mereka. Sebagai sutradara saya bilang pada panitia dan perias, "tenang soal visualisasi ratu dan seluruh konsep pertunjukan adalah tanggung jawab sutradara"
Serangan soal mahkota ala pengantin sunda yang hanya sekejap dipakai, soal penutup kepala, dan tentu saja pasti soal wajah.
Latar belakang para penghujat, pengejek, dan pengritik macam-macam, ada masyarakat umum (saya katakan demikian karena saya tidak dapat info latar belakang mereka) ada dari orang yang dulu pernah berproses dalam lembayung, ada dari para juru rias pengantin, ada dari duta wisata Jepara, bahkan seorang selebritis putri muslimah ala stasiun tv. Tidak ketinggalan para pelaku seni teman-teman sendiri (kalau yang ini lebih mudah menjawabnya karena mereka paham soal penggarapan seni pentas. Satu dua kata mereka langsung paham dan menerima).
Sementara yang lain, bicara soal pakem budaya Jawa, khususnya Jepara.
Anehnya mereka bicara soal budaya jawa, tapi perkataan mereka sama sekali tidak menunjukkan pengetahuan, kemampuan, dan prilaku mereka sebagai orang jawa yang andap asor, sopan santun, unggah-ungguh, empan papan.
Saya paham bahwa penonton pasti punya imajinasi dan ekspektasi tersendiri yang luar biasa. Demikian juga sebagai sutradara memiliki imajinasi dan ekspektasi yang juga lebih luar biasa.
Tentu yang jadi persoalan adalah imajinasi dan ekspektasi tiap orang beda. Dan tentu saja segala sarana belum tentu memadai untuk mewujudkan imajinasi dan ekspektasi tersebut.
Yang menjadi pertanyaan saya sesungguhnya adalah apakah tujuan sebenarnya mereka menyerang?
Untuk membangun agar lebih baik lagi? Atau justru untuk menjatuhkan karena iri? Atau apa?
Tapi saya anggap semua itu sebagai bentuk bukti bahwa mereka sesungguhnya memperhatikan garapan saya. Dan tentu saja semakin banyak yang menyerang sesungguhnya justru menaikkan rating pesta baratan dan orang-orang yang terlibat di dalammya.
Sebagai sutradara yang dua kali menggarap pementasan, dengan konsep dan cerita yang berbeda, serta telah bergelut dalam seni pentas sejak tahun 1996, saya bisa saja menjawab dengan segala pembenaran.
Saya bisa jawab dari berbagai sudut pandang. Saya pun bisa mengelak serangan-serangan itu. Bisa saja saya jawab :
1. Dari sudut pandang agama
2. Dari sudut pandang kesenian
3. Dengan teori dan bahasa yang susah dimengerti
4. Bisa saja saya jawab memakai alasan kebebasan bereksplorasi, keluar dari pakem, bahkan menentang pakem, memberi sudut pandang baru, memberi makna baru dan sebagainya.
5. Saya juga bisa jawab dengan alasan imajinasi seniman
6. Atau bisa saja jawab dengan guyonan "sak karepku a...."
7. Atau bisa juga saya jawab dengan satu kalimat yang pasti tidak bisa dijawab lagi.
"Kamu punya fotonya yang asli? Sini akan saya tiru".
Tapi jika saya lakukan di medsos, waduh jariku bisa jadi bengkak. Lebih enak silakan sengaja dolan ke rumahku surgaku di Perumahan Mayong Raya gg Melati no 220 Singorojo Mayong Jepara.
Atau di tempat lain juga oke asal ada kopi dan ududnya oke.
No comments:
Post a Comment