10 January 2016

QUO VADIS PERJALANAN


Sebuah baliho besar iklan rokok -yang terkenal dengan tagline-tagline cerdasnya- menggambarkan sekawanan anak muda yang dihadapkan pada banyak jalan bercabang, bertuliskan "MENDING TERSESAT DARI PADA BERTANYA"

Meski membelakangi penonton, (bloking) -istilah dalam teater- tapi ekspresi dapat dilihat dari gestur tubuh mereka. Mereka tampak enjoy menikmati ketersesatan.-tampaknya para pemainnya adalah aktor-aktor yang hebat dalam berakting, meskipun membelakangi penonton, ekspresi mereka dapat ditangkap oleh penonton-.

Mungkin iklan ini terinspirasi teman saya, sedang teman saya entah terinspirasi dari mana saya kurang tahu. Dia mengatakan "LEBIH BAIK TERSESAT DARIPADA TERJERUMUS", sehingga enjoy saja dalam ketersesatan.


Saya tidak hendak membahas iklan ini, tapi saya tertarik dengan taglinenya. Pilihan mending tersesat daripada bertanya untuk dapat melewati jalan yang benar dalam mencapai tujuan, adalah sebuah sindiran sarkasme saya bilang -semoga istilah saya benar menurut kaidah bahasa-. Ini adalah pilihan yang bodoh.

Situasi tersesat merupakan situasi sulit dan genting, cepat atau lambat ketersesatan akan membuat kita terjerumus. Adalah sebuah kebodohan, membiarkan diri dalam ketersesatan.

Dalam menempuh sebuah perjalanan orang harus mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Tanpa pptujuan pasti maka sebuah perjalanan akan menjadi sebuah pengembaraan tiada unjung pangkalnya.

Perjalanan dalam hal ini bukan hanya bermakna perjalanan dari sari satu lokasi ke lokasi lain, tapi juga bermakna perjalanan hidup.

Ironisnya, terkadang walaupun sudah mempunyai tujuan, tapi tidak tahu jalan mana yang harus ditempuh.   Meskipun tidak tahu, tetap saja nekat menempuh perjalanan dengan semboyan "Semoga tersesat di jalan yang benar" dalam mencapai tujuan.
Kecuali orang hendak bereskperimen, maka coba-coba, -tryal and error- dan harapan semoga benar, silahkan dilakukan.

Orang harus bertanya jalan mana yang harus ditempuh. Informasi tidak hanya dari orang lain. Informasi bisa dari petunjuk yang ada. sangat banyak orang yang secara sukarela memberikan informasi. 

Informasi merupakan ilmu pengetahuan, karena berdasar pengalaman yang sudah diyakini kebenarannya. Bahkan dalam eksperimenpun orang masih menggunakan informasi dari teori-teori orang lain sebagai referensi. Tryal and error pun diupayakan mencapai kebenaran.

Dalam era sekarang Ilmu pengetahuan tersebar dimana-mana, dari informasi perorangan, buku-buku, media massa, bahkan wikipedia dan mbah google rela memberi informasi. Walaupun Wikipedia belum diakui sebagai ilmu pengetahuan, tetapi informasi yang diberikan cukup valid.

Celakanya banyak orang yang tidak mau mencari informasi hal ini bisa disebabkan antara lain karena : 
1. Orang malu bertanya
2. Orang tidak mau bertanya
3. Orang tidak tahu harus bertanya apa. bahkan tidak tahu kalau dia tidak tahu.

Orang yang malu bertanya adalah orang tidak mau maju, tidak mau berubah kol!l.e arah yang lebih baik. Mereka menikmati situasi sulitnya. Kasihan orang semacam ini. mereka hanya berjalan berputar-putar dalam kebingungan. Jika dibiarkan terus-menerus mereka bisa frustasi dan akhirnya terjerumus dan mati menyedihkan. Rata-rata orang semacam ini memang tidak punya tujuan jelas.

Orang yang tidak mau bertanya adalah orang sombong, mereka merasa bisa menempuh perjalanannya berbekal kemampuan yang dimilikinya. Mereka cenderung berperilaku seperti hewan yang berjalan berdasarkan instingnya. Mereka tidak sadar bahwa kemampuan seseorang sangat terbatas. Ketika kemampuan mereka sudah habis, maka mereka akan pula mengalami kebingungan berkutat pada situasi yang ada dan akhirnya mati merana mengenaskan.

Orang yang tidak tahu akan bertanya apa, bahkan tidak tahu kalau dia tidak tahu,  adalah orang harus dikasihani. Mereka harus ditolong, diberi kesadaran tentang situasi yang sedang menimpanya, juga tujuan  yang harus ditempuh, juga pilihan jalan yang mereka lalui.

Dalam menempuh perjalanan hidup berbangsa dan bernegara, sebenarnya bangsa Indonesia sudah memiliki tujuan jelas. Tujuan itu jelas termaktup dalam pembukaan UUD 45. yaitu Merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Lalu mengapa kita masih berada dalam ketersesatan dan hanya berputar-putar dan berkutat dalam situasi serba sulit dan serba salah?

Sebagian besar orang Indonesia memiliki ketiga jenis sebab ketidaktahuan arah. Kita malu bertanya sebagai bentuk belajar untuk memperoleh Ilmu pengetahuan tentang petunjuk-petunjuk arah. Kita juga tidak mau bertanya karena gengsi dibilang bodoh, bahkan kita sok pintar tidak mau mengikuti rambu-rambu yang sudah ada. Yang paling banyak rasanya adalah sebagian besar kita tidak tahu kalau kita tidak tahu. Sehingga kita tidak tahu harus belajar apa, atau bertanya apa.

Agar kita tidak malu, tidak gengsi, tidak ketahuan orang kebodohan kita, coba mari kita bertanya saja pada diri kita dulu. Sebagai bangsa dan negara, sebenarnya bekal tuntunan sudah lama kita kantongi. Cuma mungkin kita, melupakann, bahkan tidak mempedulikan petunjuk-petunjuk itu. Para pendiri negara ini sudah merumuskan rambu-rambu dalam menjalankan negara ini untuk mencapai tujuan.
Dimana dapat kita temukan rambu-rambu itu. 

Sekali lagi tujuan negara ini adalah merdeka bersatu berdaulat adil dan makmur. selanjutnya ikut membantu dalam ketertiban dunia. Lalu bagaimana kita mencapainya? 

Sudah seharusnya para penyelenggara negara mengikuti Rambu-rambu yang disusun oleh para pendiri negara ini dalam UUD 45. 
Untuk mencapai keadilan, jelas disebut bahwa semua berkedudukan sama di depan hukum. Tetapi banyak ketidak adilan di negri ini. Hukum masih "mbang cinde mbang   ciladan". masih "pandang bulu". Tajam ke bawah tumpul ke atas.

Untuk mencapai kesejahteraan, tertulis di situ soko guru perekonomian kita adalah koperasi yang berazas kekeluargaan. Bukan perekonomian dikuasi oleh keluarga. Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Bumi, air dan segala yang terkandung di dalamnya dikuasai negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Bukan dikuasai asing atau segelintir orang demi kemakmuran sendiri.

Di luar itu semua, Agama telah memerintahkan kita berilmu. Kitab Weda sebagai kitab suci Agama Hindu berisi pengetahuan. Dalam Alquran terdapat ratusan ayat yang berisi ilmu pengetahuan. Bahkan Allah memerintahkan kita untuk berfikir mengenai alam semesta. 

Dengan berilmu kita tidak akan tersesat mengarungi perjalanan. kecuali ilmu itu ilmu sesat. kebenaran ilmu memang selalu berubah bukan ilmu itu selalu salah, tetapi  ilmu itu selalu mengalami penyempurnaan pemahaman.

Lalu bagaimanakah agar kita dapat ilmu untuk menuntuk kita dalam perjalanan? baik itu perjalanan berupa perpindahan dari satu tempat ke tempat lain. juga perjalanan hidup?
JAWABNYA BERTANYALAH !



4 comments:

Heru said...

Sangat inspiratif kang.. bagi saya yang hidup dijaman blink-blik serba online kayak gini mending gag tanya, buka smartphone google maps dll alamat beres.. sangat mengurangi foitrah manusia sebagai mahlyuk sosial namun apa daya memang begitu adanya, untuk bertanyapun kita mest harus pilih-pilih karena orang disekitar kita juga sudah mulai egois apatis, walau tidak semua seperti kang abdi munif ini inspiratif :D

kang munif said...

Untuk lokasi bisa juga lihat di google maps tapi lebih jitu tanya ke orang. Maps hanya sebagai gambaran global arah dan tujuan. Tapi detilnya lebih baik tanya ke orang. Yg jelas dengan bertanya kita dapat banyak ilmu

Muhammad Taufan Ismail said...

Menurut pemikiran saya iklan itu tidak 100% salah/ sesat, di Indonesia dalam pengalaman saya, banyak orang berbohong dalam menunjukan arah tujuan. Iklan itu mnyuruh kita berfikir, agar tidak selalu berbohong.

Anonymous said...

Setuju, cuma masalahnya yg di bahas bukan iklannya. Tapi kemauan bertanya. Bertanya bagian dari belajar. Melakukan segala sesuatu jangan asal ngawur. Dlm Islam serial "amalan harus ber ilmu".