12 August 2015

D. SUMUR SINABA


rangkaian tulisan NGUPOYO UPO CORO JOWO

“Ambil Nomor Antrian dulu pak! Pasiennya banyak !”
Begitu celoteh Ateng. Seorang pemuda berbadan gelap, rambut ngecrak, dengan potongan pangrok.
Dan setelah tiba giliran kami, sang Boss lalu teriak “Nang… dul !.... LA satu, A Mild satu, Surya satu, Samsu satu!”
Dan segera si dul meluncur ke Warung terdekat untuk membeli rokok-rokok pesanan Bosse.
Begitulah, setiap saya datang entah sendiri, atau bersama teman, ritual semacam itu akan berlangsung.
Pak Samudi tiap hari kedatangan tamu, mulai dari para perajin genteng, perajin bata merah, bakul kayu, kontraktor, pengembang, Kepala Desa-Kepala Desa, Tentara-tentara dari KORAMIL, Tentara dari KODIM, Polisi dari POLSEK, Polisi dari POLRES baik berseragam maupun yang gondrong, orang-orang leasing, orang-orang Bank, terkadang para ustads juga bertamu.
Keperluan mereka tentu beda-beda, ada yang sekadar “njagong”, atau urusan pekerjaan sesuai profesi masing-masing.
Saking banyaknya tamu yang datang tiap hari, sampai-sampai Ateng-salah satu sopirnya- bercanda demikian. Tentu saja dia berani bercanda begitu karena sudah akrab dengan saya.
Saya juga memperhatikan, semua tamu yang datang disuguhi rokok sesuai selera masing-masing (tentu saja bagi tamu ahli hisab.
Lalu siapa sih pak Samudi, apa dia orang penting sampai-sampai begitu banyak tamu yang menghadap beliau?
Dia orang biasa saja. Bahkan secara fisik sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia orang penting, tubuhnya kurus, kulitnya hitam, rambutnya kriting, pakaiannya lusuh, bicaranyapun hal-hal yang biasa.
Mungkin yang sedikit membuat agak aneh adalah terkadang dia memakai jam tangan RADO diastar. Dia juga kadang tampak memakai cincin emas tua seberat kira-kira 15 gr dengan permata Crystal Saphire sebesar jempol.
Bagi yang faham dua benda tadi tentu tahu bahwa ternyata dibalik penampilan sederhananya pak samudi punya selera tinggi terhadap aksesoris pria. Dan ini tentu saja bagi yang faham pasti tahu kelas dari pak samudi.
Dia pedagang bahan bangunan, boleh dibilang cukup besar. Tapi penampilannya sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia bukan orang yang kaya.
Suatu ketika kami ngobrol berdua pas tamu agak sepi. Cukup lama kami ngobrol dari hati ke hati.
Beliau berprinsip “kerja itu harus seperti sumur”
“maksudnya?” tanyaku
“sumur itu kalau kita ambil airnya maka sumbernya akan terus mengalir, jika kita biarkan airnya menggenang maka sumbernya airnya akan mati.” Beliau menjelaskan.
“kamu bisa lihat kan setiap hari puluhan tamu datang. mungkin ada kalau seratusan orang. Kalau tiap orang rokok satu bungkus, kamu bisa ngitung berapa yang saya keluarkan. Tapi dengan begitu saya punya banyak teman, dan itulah yang akan membuka jalan rejeki bagi saya”
beliau melanjutkan bahwa prinsip ini dia gunakan ketika pada suatu saat usaha mengalami penurunan dan hampir bangkrut.
Pada saat itu dagangan hampir habis, modal tidak ada. Satu-satunya harapan adalah piutang beliau pada panitia pembangunan musholla. Dengan bersepeda dia datang ke panitia pembangunan musholla hendak menagih piutangnya. Sampai di sana melihat perjuangan panitia pembangunan musholla dalam mengupayakan pembangunan musholla yang dalam keadaan sulit, membuat dia tidak tega menagih piutangnya. Ketika ditanya apakah kedatangannya hendak menagih utang ? dia menjawab “tidak, saya kemari hendak bilang kayuku saya sumbangkan untuk pembangunan musholla”
Tentu saja panitia pembangunan musholla sangat berterima kasih. Dan sejak itu perkembangan usahanya justru meningkat.
Dia berfikir “sumur itu kalau kita ambil airnya maka sumbernya akan terus mengalir, jika kita biarkan airnya menggenang maka sumbernya airnya akan mati.”
Kebiasaannya member ternyata tidak hanya di rumah. Bahkan sampai di luar negeripun dia lakukan.
Ketika ibadah haji, dia mendekati pejabat-pejabat daerah yang berangkat haji seangkatan dengannya  juga menggunakan “politik rokok” untuk menjalin link dengan mereka.
Suatu ketika mereka merokok beramai-ramai di Hotel. saking banyaknya yang merokok, asap rokok pekat memenuhi ruangan… tiba-tiba.. alarm kebakaran berbunyi dan penghuni hotel ribut berlarian berebut keluar.  Rupanya alarm asap merespon asap rokok itu dianggap kebakaran.

berlanjut.......E. Ono Rego Ono Rupa

No comments: