27 June 2015

NIAT BAIK TIDAK SELAMANYA MUDAH SEGERA TERWUJUD




Saya mementaskan Monolog “ Kasir Kita”  entah sudah berapa kali. Naskah karya Arifin C Noor ini saya pentaskan pertama kali tahun 2000 di bulan September, saya lupa tanggalnya yang jelas di malam Wisuda saya sebagai Mahasiswa S1 di UNNES (saya berharap suatu saat bisa wisuda S2).
Saya suka naskah ini karena naskah ini menantang seorang pemain untuk benar-benar bisa bermain peran.  Meski hanya ada satu tokoh, tapi pergolakan emosi sang tokoh sangat luar biasa. Sang tokoh bisa murung, lalu tiba-tiba marah, sejurus kemudian menangis, lalu sekonyong-konyong tertawa.
Irama bisa mendayu-dayu, tiba-tiba cepat, lalu drop.
Pemain harus betul-betul seorang actor yang handal. Saya sendiri selalu merasa gagal bermain dengan baik setiap selesai pentas. Meskipun begitu saya tetap suka naskah ini.
Tapi diluar pembahasan soal teater, ada satu hal. Beberapa kalimat dalam naskah begitu melekat dalam benak saya. Salah satu contoh potongan dialog (eh “monolog” kok pake istilah “dialog”-kita ganti saja istilahnya dengan “kalimat” ya).
Salah satu potongan dialog eh kalimat itu adalah :
“Saudara ! lihatlah ! niat baik tidak selamanya mudah segera terwujud!”
Kalimat ini dipilih Arifin C Noor karena barangkali sering terjadi dalam realita kehidupan, misalnya :
Sejak lulus kuliah Ilmu “Pendidikan Ekonomi” tahun 2000, saya tidak ingin jadi guru. Padahal keinginan orang tua, saya jadi guru dan PNS.
Kalaupun mau mengajar di sekolah, itu Cuma sebentar. Itupun dengan terpaksa.
Salah satu dasar pemikiran saya adalah : bahwa guru bukan sebuah pekerjaan. Tapi sebuah amal ibadah. Jadi jangan berharap bisa dapat uang banyak dari menjadi guru. Harus ikhlas….
Bagi saya adalah dosa besar jika memilih profesi menjadi guru dengan niat jadi PNS, kerja santai, tidak banyak tuntutan, dan sekarang dapat tunjangan profesi (SERTIPIKASI) yang jumlahnya cukup menggiurkan.
Padahal Tuntutan seorang Guru mestinya sangat berat. Dia bertanggung jawab membuat anak didiknya menjadi Pandai dari yang asalnya bodoh.
Bukan sebaliknya ingin menjadi pilihan favorit karena hanya menerima murid yang sudah pandai, seingga mereka lulus juga dengan keadaan pandai, sehingga sekolahnya, gurunya menjadi terkenal, favorit, sekolah bayarnya mahal, gaji gurunya juga mahal.
Saya lebih memilih kerja yang lain.
Sekarang dengan niat ingin memenuhi keinginan orang tua yang tinggal ibu saja agar beliau bahagia, saya rela untuk mengajar di sekolah dengan niatan beramal, membagi  pengetahuan, pengalaman, dan idealisme yang saya miliki. Meskipun apa yang saya tahu, yang saya alami, dan idealism saya tidak seberapa banyaknya.
Pokoknya Niat Ibadah…. Membahagiakan orang tua dan membagi Ilmu Pengetahuan yang Cuma sedikit saya miliki…. Masalah rejeki itu urusan Allah. Pasti datang dari jalan lain
Lalu sekian lamaran guru saya ajukan ke sekian sekolah.
Tapi entah mengapa tidak ada satupun respon dari sekolah-sekolah itu.
“Mungkin curriculum vitea nya terlalu sangar kang”
Begitu kata seorang sahabat. Ahmad taufiqurrahman namanya.
“Ah masa sih….”
Saya jadi teringat seorang karyawan sebuah Yayasan pandidikan. Setelah menerima berkas lamaran yang saya ajukan, lalu sepintas membaca curriculum vitea saya, dia berkata :
“Bapak sudah menjadi pimpinan cabang sebuah koperasi kok masih mau melamar jadi guru ?”
“ya mau bagi-bagi Ilmu” jawab saya (dalam hati… sudah dipecat pak…)
Mungkin dia berfikir ulang setelah membaca pengalaman kerja saya terbaru sebagai pimpinan cabang sebuah koperasi.
Lalu dia merinding membaca pengalaman kerja saya sebelumnya sebagai Relationship Manager jateng area SME Commercial and Syariah di salah satu bank besar di kawasan ASEAN. (padahal saya kena SP 3 dan akan dipecat juga)
Kemudian dia bergemetaran membaca pengalaman kerja sebelumnya lagi sebagai Pasasi di Airline terbesar di Negeri ini. (Cuma outsourcing)
Dan yang paling sangar adalah sebagai Staff Khusus Pengembangan Wilayah di grup  perusahaan pendidikan terbesar di Indonesia.
                Apalagi kalau dia membaca training yang pernah saya ikuti serta sertifikasi yang saya miliki : Syariah Banking, Seven Habbit for associate, Market Link Deposit, Bancassurance Wakil Agen Penjual Reksadana, Anti Money Loundry.
Pasti langsung terkencing-kencing lemas dan pingsan. Lalu ketika sadar berfikir saya bukan orang biasa, bukan orang sembarangan, tidak layak jadi guru.
                Akhirnya pada surat lamaran berikutnya curriculum vitea saya buat dengan dengan sangat sederhana. Pengalaman kerja : pernah mengajar di beberapa sekolah dan itu Cuma sebentar. Tulisan Pengalaman Organisasi, Training dan Sertifikasi saya hapus. Tentu saja tujuan saya agar tidak ada lagi orang pingsan membaca curriculum vitea saya.
                Tapi tetap saja sekolah-sekolah itu bergeming tidak merespon lamaran saya,  padahal jelas-jelas mereka memasang iklan lowongan “MEMBUTUHKAN GURU”. Cuma mereka tidak butuh saya….
SAUDARA, LIHATLAH,  NIAT BAIK TIDAK SELAMANYA MUDAH  SEGERA TERWUJUD !

No comments: